Laman

Anti Diabetes Dengan Anti Oksidan

Oksigen adalah sumber kehidupan; tidak seorang pun mampu memungkirinya. Di dalam tubuh, molekul ini digunakan dalam metabolisme tubuh dan produksi energi. Sayangnya, proses tersebut terkadang menghasilkan produk sampingan yang berbahaya bagi tubuh, yaitu radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu komponen yang sangat reaktif. Karena memiliki energi “ekstra”, radikal bebas perlu bereaksi dengan komponen lain dalam tubuh untuk megurangi energinya sehingga merusak sel dan mengganggu fungsinya .

Di samping oksigen yang Anda hirup, apa yang Anda makan dan bagaimana Anda menjalani hidup juga turut “menabung” radikal bebas dalam tubuh. Polusi udara dari industri dan kendaraan bermotor, asap rokok, alkohol, dan pangan berlemak dapat meningkatkan kadar radikal bebas secara dramatis yang berujung pada oxidative stress . Kondisi oxidative stress memicu banyak penyakit seperti atherosclerosis, penyakit Parkinson’s dan Alzheimer’s.

Radikal Bebas dan Diabetes
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa oxidative stress juga berkontribusi pada perkembangan diabetes dan dapat memicu komplikasi seperti penyakit jantung. Menjaga kadar gula dalam darah saja ternyata tidak cukup untuk mencegah komplikasi. Oleh karena itu, memperbaiki oxidative stress adalah strategi yang efektif untuk mengurangi komplikasi diabetes. Tubuh memiliki sistem perlawanan terhadap oxidative stress dengan menghasilkan enzim-enzim antioksidan. Dari luar tubuh, beberapa sumber antioksidan antara lain vitamin (vitamin A, C, E), mineral (mangan, seng dan tembaga), beta-carotene, teh hijau, serta berbagai jenis buah dan sayuran.

Sayangnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Medina et al . tahun 2007 di Brazil, penderita diabetes justru memiliki kadar antioksidan yang lebih rendah dibandingkan orang normal. Kondisi ini tentu saja meningkatkan risiko komplikasi. Oleh karena itu, penderita diabetes sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup untuk mencegah komplikasi.

Mungkin dengan alasan itu pula, dewasa ini orang lebih memperbanyak konsumsi buah dan sayuran baik dalam bentuk segar, salad, jus atau sebagai sayur yang menemani pangan utama. Boleh jadi itu juga alasan mengapa mojang Priangan umumnya awet cantik karena senang “berlalap ria” , “suatu image” yang berdampak pada alasan mengapa seni berlalap ria menjadi menu favorit di Nusantara saat ini.

Pilih Makanan yang Tepat
Pangan dengan kadar gula terkontrol dan kandungan antioksidan menjadi kombinasi sempurna bagi para diabetesi. DiabetaMil mampu memenuhi kebutuhan tersebut karena selain mengandung kromium yang membantu mengatur kadar gula darah, DiabetaMil juga dilengkapi dengan antioksidan seperti vitamin A, C dan E.Gaya hidup yang tepat merupakan cara yang ampuh untuk menjaga tubuh tetap sehat. Mulailah dari sekarang!

Studi epidemiologi (Hertog dkk, 1993) menunjukkan bahwa konsumsi pangan kaya akan antioksidan flavonoid termasuk polifenol dari teh (Mukhtar dan Ahmad, 2000) berbanding negatif dengan tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Hasil dari beberapa pengujian secara in vitro (percobaan di luar tubuh mahkluk hidup) (Miura dkk, 1995; Yamanaka dkk, 1997; Yokozawa dkk, 1997) menunjukkan bahwa flavonoid teh dapat menghambat oksidasi oleh Cu2+ (radikal inisiator) terhadap LDL hasil isolasi. Studi secara in vitro juga menunjukkan bahwa oksidasi pada LDL manusia dapat dihambat dengan keberadaan vitamin C dan E pada level fisiologis (Jialal dkk, 1990)

Sementara itu akan halnya kanker dan tumor, banyak diantara ilmuwan spesialis setuju bahwa penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel. Perubahan pada mutasi gen dapat terjadi melalui mekanisme kesalahan replikasi dan kesalahan genetika yang berkisar antara 10-15%, atau faktor dari luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa xenobiotik dari konsumsi pangan sebesar 80-85%. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan jelas berperan pada proses mutasi ini.
Hasil penelitian pada pertengahan tahun 1980 yang menunjukkan bahwa beta-karoten mampu mengurangi resiko kanker paru-paru merupakan ide awal dari perhatian akan adanya keterkaitan antioksidan dalam penghambatan penyakit ini.

Mekanisme aktifitas antitumor atau kanker dengan senyawa kimia dapat melalui 3 cara yaitu:
1. menghambat bioktifikasi karsinogenesis
2. memblok jalur pembentukan sel ganas (blocking agent) seperti antioksidan
3. menekan dan memanipulasi hormon (Okey dkk, 1998).
Aktivitas antioksidan seperti halnya telah dilaporkan di atas, selain dapat mencegah autooksidasi yang menghasilkan radikal bebas dan SOR, juga dapat menekan proliferasi (perbanyakan) sel kanker. Hanya saja mengingat bermacam-macamnya jenis sel kanker, maka efektivitas dari antioksidan uji juga beragam dan spesifik untuk kasus tertentu.

Antioksidan dan sumbernya
Berbagai definisi diberikan untuk menggambarkan “siapakah” gerangan si antioksidan ini. Menurut Cuppert (1997) antioksidan dinyatakan sebagai senyawa yang dengan konsentrasi lebih rendah sekalipun dibanding dengan substrat yang dapat dioksidasi, secara nyata dapat memperlambat oksidasi substrat tersebut. Definisi umum dari antioksidan adalah suatu senyawa yang dapat memperlambat proses oksidasi. Di dalam keberadaan reaksi hiperoksidasi yang sangat kompleks dalam media biologis, keseimbangan metabolik yang tepat membutuhkan mekanisme dari antioksidan.

Selain berperan bagi kesehatan, antioksidan juga mempunyai peran dalam menjaga mutu produk pangan. Berbagai kerusakan pada produk pangan seperti ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma serta berbagai kerusakan fisik lain pada produk pangan karena oksidasi dapat dihambat dengan keberadaan antioksidan.

Antioksidan beragam jenisnya, mulai dari antioksidan dengan molekul kecil seperti asam askorbat, tokoferol dan glutation, hingga antioksidan yang lebih kompleks seperti enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, glutation peroksidase, peroksidase dan katalase. Keberadaan antioksidan di dalam tubuh pun terbagi atas kelompok yang datang dari luar tubuh (antioksidan eksogenus) dan yang sudah ada di dalam tubuh (sistem pertahanan antioksidan endogenus).

Berdasarkan cara kerjanya, secara luas antioksidan dibagi menjadi 5 kelompok meliputi: antioksidan primer seperti tokoferol, penangkap oksigen seperti vitamin C, antioksidan sekunder seperti asam tiodipropionat, antioksidan enzimat seperti glukose oksidase, superoksida dismutase, dan pengkhelat seperti asam sitrat. Sedangkan berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat diperoleh dari sumber alami dan sintesis.

Antioksidan alami banyak terdapat pada berbagai buah dan sayuran. Vitamin C, Beta-karoten, vitamin E dan komponen fenolik merupakan komponen dominan yang banyak dijumpai pada menu kita setiap hari sekali pun. Deddy Muchtadi dan kawan-kawan (2002) melaporkan bahwa kelompok antioksidan ini banyak terdapat pada berbagai sayuran, seperti untuk sumber vitamin C adalah daun singkong, daun katuk, bunga kol, dll. Sedang daun pepaya, wortel, daun singkong , bayam merupakan sayuran yang kaya akan karoten. Vitamin E banyak terdapat pada tauge, kacang panjang, daun katuk misalnya. Untuk fenolik banyak terdapat pada terong panjang, labu siam, selada, mentimun dan banyak lagi. Sumber-sumber yang tak mahal, murah meriah. Hanya saja kehilangan selama pemasakan yang dapat mencapai lebih dari 50 %, serta absorpsi dan retensi keberadaan yang cukup rendah dari antioksidan seperti vitamin E dan karoten, membuat orang lebih memilih untuk mencari produk yang lebih praktis dan tersedia dalam jumlah yang lebih mencukupi.

Pisau bermata dua
Dari berbagai sumber informasi yang diperoleh terlihat bahwa hasil penelitian dan pengamatan selama ini menunjukan radikal bebas dan SOR di satu sisi serta antioksidan di sisi lain adalah sama bagai pisau bermata dua. Masing-masing mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.

Laporan akhir menunjukkan bahwa SOR ternyata juga mempunyai fungsi protektif. SOR merupakan mediator penting dalam menangkap kuman, benda asing dari tubuh, pencahar keracunan bahkan sebagai penjinak sel kanker. Konsumsi antiokasidan berlebihan dapat menganggu kerja SOR.

Peran kontroversi dari antioksidan nampak pada hasil penelitian seperti yang dilaporkan oleh Aruoma dkk (1992, 1993) yang menunjukkan bahwa beberapa antioksidan phenolik dapat meningkatkan kerusakan oksidasi pada DNA, protein dan karbohidrat in vitro. Sementara itu, Yen (1997) melaporkan bahwa polifenol teh ternyata juga mempunyai efek pro-oksidan pada fase air walau selama ini lebih dianggap sebagai antioksidan.

Beberapa hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jumlah penambahan antioksidan yang berlebihan akan menyebabkan dampak terbalik dari fungsi antioksidan yang diharapkan seperti halnya pada sifat antiproliferasi sel kanker. Data lain menunjukkan variasi hasil pengamatan secara in vivo (percobaan di dalam tubuh mahkluk hidup) dan in vitro (di luar mahkluk hidup) .

Namun demikian, masih dipercaya bahwa antioksidan memberikan pengaruh positif bagi kesehatan tubuh. Tambahan antioksidan dari luar tubuh dalam bentuk asupan pangan setiap hari mungkin merupakan jalan yang lebih bijaksana guna mencegah masukkan antioksidan yang berlebihan ke dalam tubuh. Asupan dalam dosis besar sekaligus seperti halnya suplemen, seharusnya lebih diperlukan bagi mereka yang pada kehidupan kesehariannya banyak terkena resiko paparan radikal bebas dan SOR yang tinggi. Yang lebih untung lagi ialah kita tak mendapatkan pengurrangan tingkat kenikmatan karena ketengikan atau perubahan sensori lain yang disebabkan oleh reaksi oksidasi ini.

Manisnya Buah Untuk Diabetesi

Konsumsi buah-buahan sangatlah dianjurkan oleh American Diabetes Association sebagai bagian dari pola pengaturan makan diabetesi1. Anda tidak perlu khawatir untuk menikmati sehat dan lezatnya buah-buahan. Yang terpenting, pilihlah buah-buahan dengan nilai indeks glikemik2 yang rendah. Berikut kami berikan contoh buah-buahan yang selain nikmat dan aman juga memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan tubuh Anda. Sajikan dalam keadaan fresh dan konsumsilah dalam jumlah yang cukup.

Kiwi
Indeks Glikemik = 53
Anda dapat menjumpai buah ini di pasaran dalam dua jenis warna, kuning dan hijau. Kiwi hijau terasa agak lebih masam sedangkan kiwi berwarna kuning lebih manis, namun keduanya memiliki kandungan vitamin C yang tinggi di dalamnya sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh Anda3.

Anggur
Indeks Glikemik = 43
Anggur merupakan pilihan yang praktis bagi para diabetesi. Kandungan alami resveratrol pada anggur sangat baik bagi tubuh karena berfungsi sebagai antioksidan yang dapat membantu menjaga kesehatan sel-sel tubuh Anda.

Stroberi
Indeks Glikemik = 38
Stroberi populer karena rasanya yang segar dan nikmat. Hal ini menjadikan buah ini banyak disukai orang. Stroberi juga mengandung tinggi vitamin C dan anthocyanin; keduanya bermanfaat sebagai antioksidan bagi tubuh5. Diabetesi pun tidak perlu ragu untuk mengonsumsinya.

Apel
Indeks Glikemik = 40
Tidak hanya daging buahnya, kulit apel juga sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi karena mengandung serat yang tinggi. Konsumsi serat yang cukup sangat baik bagi para diabetesi karena membantu menjaga dan mengendalikan kestabilan kadar gula darah. Oleh karena itu, apel cocok dijadikan pilihan camilan sehat Anda.

Jeruk
Indeks Glikemik = 42
Selain aman bagi para diabetesi, jeruk mengandung tinggi vitamin C dan juga serat6. Penyajiannya juga bisa bermacam-macam. Dengan rasa yang menyegarkan, jeruk membantu melindungi serta meningkatkan kualitas kesehatan Anda.

Referensi:

  1. American Diabetes Association, 2009
  2. Indeks glikemik (IG) menyatakan suatu nilai yang menunjukkan seberapa cepat suatu makanan dapat meningkatkan kadar gula darah. Semakin tinggi nilai IG suatu makanan, semakin cepat makanan tersebut meningkatkan kadar gula darah. Para diabetesi sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan nilai IG yang rendah (<>
  3. Nutritiondata.com, 2009
  4. J Exp Clin Cancer Res. 28(1):96
  5. J Agric Food Chem 51(23):6887-6892/li>
  6. Nutritiondata.com, 2009/li>

Pengaruh Vegetarian Bagi Penyandang Diabetes

Salah satu komponen penting dalam tata laksana diabetes, baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2, adalah terapi nutrisi. Terapi nutrisi penting dalam mencegah diabetes, tata laksana diabetes, serta mencegah atau paling tidak memperlambat perkembangan komplikasi diabetes. Pada penyandang diabetes, tidak jarang pula diperlukan konsultasi mengenai komposisi makanan untuk menyesuaikan dosis insulin yang akan diberikan sebelum makan. Hal itu untuk menghindari terjadinya kadar gula darah tinggi atau kadar gula darah rendah.

Berkaitan dengan terapi nutrisi bagi penyandang diabetes, dikenal pula istilah vegetarian. Vegetarian adalah sebutan bagi orang yang hanya mengonsumsi tumbuh-tumbuhan dan tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti daging, unggas, ikan, atau hasil olahannya. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah vegetarian memberikan pengaruh terhadap penyandang diabetes.

Makanan tinggi serat, terutama jika kaya serat terlarut (buah, sayuran, dan kacang-kacangan) lebih diutamakan sebagai sumber karbohidrat karena kemampuannya dalam menurunkan kadar gula darah setelah makan. Penurunan kadar gula darah setelah makan dicapai dengan memperlambat penyerapan glukosa di usus halus. Selain dapat menurunkan kadar gula darah setelah makan, konsumsi makanan tinggi serat juga dapat menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung pada penyandang diabetes.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa konsumsi buah dan sayuran tiga sampai lima porsi per hari dapat menurunkan risiko stroke sebesar 11% dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari tiga porsi per hari. Bahkan konsumsi lebih dari lima porsi per hari dapat menurunkan risiko stroke sebesar 26%.

Penelitian lain yang dilakukan pada penyandang diabetes tipe 2 mengungkapkan bahwa mereka yang mengonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak, seperti buah dan sayuran, mampu meningkatkan sensitivitas insulin. Dengan meningkatnya sensitivitas insulin maka kontrol gula akan lebih baik dan kadar lemak dalam darah menjadi rendah. Rendahnya kadar lemak dalam darah akan menurunkan kemungkinan timbulnya komplikasi penyakit jantung sehingga ikut menurunkan angka kematian pada penyandang diabetes.

Manfaat lain dengan menjadi vegetarian adalah membantu mengendalikan faktor risiko diabetes, seperti berat badan berlebih dan tekanan darah tinggi. Sebuah penelitian terhadap wanita dengan berat badan berlebih mendapatkan hasil bahwa konsumsi buah dan sayuran dapat menurunkan risiko terjadinya diabetes tipe 2. Dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran, kemungkinan meningkatnya tekanan darah di atas 135/85 mmHg dalam lima belas tahun pun menjadi lebih kecil.

Namun, melihat manfaat yang didapat dengan mengonsumsi buah dan sayuran, bukan berarti mengabaikan jenis makanan yang lain. Penyandang diabetes perlu mengonsumsi makanan seimbang dengan berbagai kandungan gizi dalam jumlah yang sesuai. Selain itu, diperlukan pula tata laksana lain seperti olahraga serta penggunaan insulin atau obat antidiabetes agar dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik.

Sumber : www.kalbe.co.id

Petunjuk Menggunakan Pare Untuk Diabetisi

Si pahit Pare (momordica charantia) ini memang sudah terbukti dapat digunakan oleh diabetisi untuk menurunkan kadar gula darah. Lantas apa yang membuat pare demikian ampuh menurunkan gula darah? Dan mengapa diabetisi tetap harus berhati-hati mengkonsumsinya?

Dalam sebuah studi dari Jurnal Ethnopharmacology menyatakan bahwa baik pare segar maupun yang dikeringkan dalam jumlah 1.5 ons – 3 ons bisa membuat kadar gula darah turun sebanyak 48%, membuat toleransi glukosa membaik tanpa terjadi peningkatan insulin, serta memperbaiki kadar gula darah puasa pada diabetesi. Memang ini sangat baik untuk para diabetesi akan tetapi hati – hati dalam menggunakannya jika kadar gula darah Anda normal.

Komposisi pare sangatlah beragam, rasa pahit pare yang merupakan karakter khasnya disebabkan karena kandungan cucurbitacins. Diantara komposisi ini terdapat Charantin yang merupakan suatu bahan primer dalam mengurangi regulasi gula darah. Charantin membuat suatu reaksi penurunan gula darah (hipoglikemik). Pare juga mengandung zat peptida yang menyerupai sifat insulin, salah satunya adalah polipeptida P dan alkaloid. Kandungan lain dalam pare pun turut serta dalam efek perubahan gula darah. Pada penelitian percobaan yang dilakukan ke manusia, pare menunjukkan perubahan signifikan dalam pengontrolan gula darah setelah mengkonsumsinya dan menghasilkan efek penurunan gula darah.

Salah satu metode untuk menggunakan pare adalah dengan membuat jus pare segar ukuran kecil dan buatlah sebanyak 50ml pare (1,5 ons) sampai 100 ml (sekitar 3 ons) lalu dibagi menjadi 2 atau 3 dosis sehari. Perlu diingat jus pare ini sangatlah pahit.

Meskipun pare sangat baik untuk menurunkan gula darah namun tetap harus hati-hati mengkonsumsinya. Harus diperhatikan penggunaannya apalagi jika Anda seorang diabetesi yang menggunakan obat – obatan untuk mengontrol kadar gula darah Anda.

Jangan lupa untuk memonitor kadar gula darah Anda jika Anda memutuskan untuk memakai pare sebagai tambahan pengontrol kadar gula darah. Jika Anda sedang dalam pengobatan bersama obat gula sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter Anda sebelum Anda menggunakan pare bersama obat Anda karena pare bisa menyebabkan kadar gula darah Anda turun drastis bila memakai terlalu berlebihan. Sedangkan untuk riwayat alergi terhadap pare belum pernah ada penelitiannya.


Dari berbagai sumber

Diabetes, Termasuk Penyakit Dengan Biaya Pengobatan Termahal

Tiap tahunnya biaya pengobatan hampir semua penyakit semakin meningkat. Tapi diantara semua jenis penyakit itu ada yang biayanya amat mahal. Hindari 10 penyakit ini jika tidak ingin jatuh miskin.

Seperti dikutip dari Forbes, Rabu (16/12/2009), ada 10 penyakit dengan biaya termahal di Amerika Serikat. Salah satunya adalah DIABETES.

1. Penyakit mental
Peningkatan biaya per tahun 6 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 142,2 miliar.

Penyakit mental diantaranya yaitu Alzheimer, Parkinson, Schizoprenia, depresi dan lainnya. Perkembangan obat terkini dan proses penyembuhan yang lama membuat penyakit ini menjadi penyakit dengan biaya pengobatan termahal diantara semua penyakit yang ada.

2. Penyakit jantung

Peningkatan biaya per tahun 5 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 123,1 miliar.

Penyakit jantung masih menjadi penyakit pembunuh nomor 1 di dunia. Hal ini disebabkan semakin banyak orang yang merokok dan meningkatnya pola hidup tidak sehat seperti makanan berkolesterol tinggi dan jarangnya olahraga.

3. Trauma
Peningkatan biaya per tahun 6 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 100,2 miliar.

Biaya pengobatan orang yang terkena trauma terus meningkat karena tiap kasus berbeda-beda cara pengobatannya. Selain itu alat-alat untuk mendiagnosis penyakit ini seperti Computed tomography scans cukup mahal harganya.

4. Kanker
Peningkatan biaya per tahun 7 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 99,4 miliar.

Kanker dengan biaya pengobatan termahal adalah kanker usus besar, kanker payudara, kanker paru-paru dan kanker prostat. Kunci dari menghindari penyakit ini adalah dengan menghindari merokok dan menjaga asupan makanan yang sehat.

5. Penyakit paru-paru

Peningkatan biaya per tahun 6 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 64,6 miliar.
Yang termasuk penyakit paru-paru diantaranya asma, emphysema (pembengkakan atau radang paru-paru) dan penyakit Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) lainnya.

6. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Peningkatan biaya per tahun 9 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 50,2 miliar.

Penyakit ini membutuhkan biaya yang cukup besar karena banyak dokter yang memberi obat dalam jumlah yang tak tanggung-tanggung pada pasiennya. Kualitas obat juga menentukan harganya. Jika saja obat hipertensi dibuat generiknya mungkin biaya penyakit ini bisa ditekan.

7. Osteoarthritis (radang sendi/rematik)
Peningkatan biaya per tahun 8 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 48 miliar.

Obesitas dan ukuran pinggang yang membesar adalah faktor yang memperbesar risiko penyakit ini. Obat-obatan mahal seperti Vioxx dan Celebrex yang muncul pada awal tahun 2000 menambah mahal biaya penyembuhan penyakit radang sendi ini. Pada tahun 2004, Vioxx ditarik dari pasaran karena memicu risiko serangan jantung.

8. Sakit punggung
Peningkatan biaya per tahun 9 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 40,1 miliar.

Pengeluaran untuk penyakit ini banyak dihabiskan untuk operasi. Ada juga obat-obatan mahal yang bersifat narcotic (membius) untuk mengatasi penyakit ini. Namun sebuah studi yang dimuat dalam Journal of the American Medical Association mengatakan bahwa semua pengobatan mahal itu tidak membuat seseorang lebih baik.

9. Penyakit ginjal
Peningkatan biaya per tahun 13 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 35,9 miliar.

Penemuan teknik dialisis untuk penderita penyakit ginjal membuat penanganan penyakit ini mahal. Teknik dialisis adalah teknologi pertama yang sangat mahal dalam menangani penyakit ginjal.

10. Diabetes
Peningkatan biaya per tahun 8 persen. Total ongkos penanganan penyakit ini di Amerika telah mencapai US$ 35,8 triliun.

Hampir 24 juta orang Amerika terkena diabetes dan pemicunya tertingginya adalah obesitas. Penyakit diabetes bisa memicu penyakit-penyakit lainnya seperti jantung dan kanker. Namun karena penyakit-penyakit itu sudah berbeda lagi pengobatannya, maka penyakit diabetes sendiri tidak memakan biaya yang lebih tinggi dari penyakit jantung atau kanker.

Sumber : health.detik.com

Jenis Pemerikasaan yang Harus Dilakukan Penderita Diabetes

Salah satu program mengelola diabetes (management diabetes) oleh seorang diabetisi tidak semata-mata hanya perlu melakukan pemeriksaan kadar gula darah setiap hari.

Seperti diketahui bahwa masalah yang dihadapi oleh seorang diabetisi adalah timbulnya komplikasi spesifik seperti retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria koronaria (coronary artery disease).

Oleh sebab itu seorang diabetisi membutuhkan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui dan memantau perkembangan komplikasi spesifik diatas. Dengan demikian, perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat mencegah komplikasi.

Jenis Pemeriksaan yang dilakukan:

1. Pemeriksaan untuk Pemantauan Pengelolaan Diabetes
Yang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa, 2 jam PP, dan pemeriksaan glycated hemoglobin, khususnya HbA1C, serta pemeriksaan fruktosamin. Pemeriksaan fruktosamin saat ini jarang dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan prosedur yang memakan waktu lama. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah urinalisa rutin. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sebagai self-assessment untuk memantau terkontrolnya glukosa melalui reduksi urin.

Pemeriksaan HbA1C
HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel.

Metode pemeriksaan HbA1C:

  • Ion-exchange chromatography
  • HPLC (high performance liquid chromatography)
  • Electroforesis, Immunoassay
  • Affinity chromatography
  • Analisis kimiawi dengan kolorimetri.

Metode Ion Exchange Chromatography: harus dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens yang mengganggu adalah adanya HbS dan HbC yang bisa memberikan hasil negatif palsu.

Metode HPLC: prinsip sama dengan ion exchange chromatography, bisa diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi yang baik sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi.

Metode agar gel elektroforesis: hasilnya berkorelasi baik dengan HPLC, tetapi presisinya kurang dibanding HPLC. Hb F memberikan hasil positif palsu, tetapi kekuatan ion, pH, suhu, HbS, dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini.

Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai presisi yang baik.

Metode Affinity Chromatography: non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1C tidak mengganggu penentuan glycated hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi baik. HbF, HbS, ataupun HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini mengukur keseluruhan glycated hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi dari metode HPLC.

Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesifik karena tidak dipengaruhi non-glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya waktu lama, sampel besar, dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi, yaitu m mol/L.

Interpertasi Hasil Pemeriksaan HbA1C
HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita diabetes (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari komplikasi.

Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%.4 Jadi, HbA1C penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum. Sebaiknya, penentuan HbA1C ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali.

2. Pemeriksaan untuk Memantau Komplikasi Diabetes
Komplikasi spesifik DM: aterosklerosis, nefropati, neuropati, dan retinopati. Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk memprediksi beberapa dari komplikasi spesifik tersebut, misalnya untuk memprediksi nefropati dan gangguan aterosklerosis.

Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Pemeriksaan untuk memantau komplikasi nefropati: mikroalbuminuria serta heparan sulfat urine (pemeriksaan ini jarang dilakukan). Pemeriksaan lainnya yang rutin adalah pemeriksaan serum ureum dan kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

Mikroalbuminuria: ekskresi albumin di urin sebesar 30-300 mg/24 jam atau sebesar 20-200 mg/menit. Mikroalbuminuria ini dapat berkembang menjadi makroalbuminuria. Sekali makroalbuminuria terjadi maka akan terjadi penurunan yang menetap dari fungsi ginjal. Kontrol DM yang ketat dapat memperbaiki mikroalbuminuria pada beberapa pasien, sehingga perjalanan menuju ke nefropati bisa diperlambat.

Pengukuran mikroalbuminuria secara semikuantitatif dengan menggunakan strip atau tes latex agglutination inhibition, tetapi untuk memonitor pasien tes-tes ini kurang akurat sehingga jarang digunakan. Yang sering adalah cara kuantitatif: metode Radial Immunodiffusion (RID), Radio Immunoassay (RIA), Enzym-linked Immunosorbent assay (ELISA), dan Immunoturbidimetry. Metode kuantitatif memiliki presisi, sensitivitas, dan range yang mirip, serta semuanya menggunakan antibodi terhadap human albumin. Sampel yang digunakan untuk pengukuran ini adalah sampel urine 24 jam.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Menurut Schrier et al (1996), ada 3 kategori albuminuria, yaitu albuminuria normal (<20>200 mg/menit). Pemeriksaan albuminuria sebaiknya dilakukan minimal 1 X per tahun pada semua penderita DM usia > 12 tahun.

3. Pemeriksaan untuk Komplikasi Aterosklerosis
Pemeriksaan untuk memantau komplikasi aterosklerosis ini ialah profil lipid, yaitu kolesterol total, low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), high density lipoprotein cholesterol (HDL-C), dan trigliserida serum, serta mikroalbuminuria. Pada pemeriksaan profil lipid ini, penderita diminta berpuasa sedikitnya 12 jam (karena jika tidak puasa, trigliserida > 2 jam dan mencapai puncaknya 6 jam setelah makan).

4. Pemeriksaan untuk Komplikasi Lainnya
Pemeriksaan lainnya untuk melihat komplikasi darah dan analisa rutin. Pemeriksaan ini bisa untuk melihat adanya infeksi yang mungkin timbul pada penderita diabetes.

Untuk pemeriksaan laboratorium infeksi, sering dibutuhkan kultur (pembiakan), misalnya kultur darah, kultur urine, atau lainnya. Pemeriksaan lain yang juga seringkali dibutuhkan adalah pemeriksaan kadar insulin puasa dan 2 jam PP untuk melihat apakah ada kelainan insulin darah atau tidak.

Kadang-kadang juga dibutuhkan pemeriksaan lain untuk melihat gejala komplikasi dari diabetes, misalnya adanya gangguan keseimbangan elektrolit dan asidosis/alkalosis metabolik maka perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah.

Pada keadaan ketoasidosis juga dibutuhkan adanya pemeriksaan keton bodies, misalnya aceton/keton di urine, kadar asam laktat darah, kadar beta hidroksi butarat dalam darah, dan lain-lainnya. Selain itu, mungkin untuk penelitian masih dilakukan pemeriksaan biomolekuler, misalnya HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta pemeriksaan genetik lain.

Sumber:

Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes Mellitus
ANIK WIDIJANTI DAN BERNARD THEODORE RATULANGI
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Saiful Anwar / FK Unibraw, Malang

Jenis Pemerikasaan yang Harus Dilakukan Penderita Diabetes

Salah satu program mengelola diabetes (management diabetes) oleh seorang diabetisi tidak semata-mata hanya perlu melakukan pemeriksaan kadar gula darah setiap hari.

Seperti diketahui bahwa masalah yang dihadapi oleh seorang diabetisi adalah timbulnya komplikasi spesifik seperti retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal ginjal, neuropati, aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), gangren, dan penyakit arteria koronaria (coronary artery disease).

Oleh sebab itu seorang diabetisi membutuhkan beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui dan memantau perkembangan komplikasi spesifik diatas. Dengan demikian, perkembangan penyakit bisa dimonitor dan dapat mencegah komplikasi.

Jenis Pemeriksaan yang dilakukan:

1. Pemeriksaan untuk Pemantauan Pengelolaan Diabetes
Yang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa, 2 jam PP, dan pemeriksaan glycated hemoglobin, khususnya HbA1C, serta pemeriksaan fruktosamin. Pemeriksaan fruktosamin saat ini jarang dilakukan karena pemeriksaan ini memerlukan prosedur yang memakan waktu lama. Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan ialah urinalisa rutin. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sebagai self-assessment untuk memantau terkontrolnya glukosa melalui reduksi urin.

Pemeriksaan HbA1C
HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel.

Metode pemeriksaan HbA1C:

  • Ion-exchange chromatography
  • HPLC (high performance liquid chromatography)
  • Electroforesis, Immunoassay
  • Affinity chromatography
  • Analisis kimiawi dengan kolorimetri.

Metode Ion Exchange Chromatography: harus dikontrol perubahan suhu reagen dan kolom, kekuatan ion, dan pH dari bufer. Interferens yang mengganggu adalah adanya HbS dan HbC yang bisa memberikan hasil negatif palsu.

Metode HPLC: prinsip sama dengan ion exchange chromatography, bisa diotomatisasi, serta memiliki akurasi dan presisi yang baik sekali. Metode ini juga direkomendasikan menjadi metode referensi.

Metode agar gel elektroforesis: hasilnya berkorelasi baik dengan HPLC, tetapi presisinya kurang dibanding HPLC. Hb F memberikan hasil positif palsu, tetapi kekuatan ion, pH, suhu, HbS, dan HbC tidak banyak berpengaruh pada metode ini.

Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai presisi yang baik.

Metode Affinity Chromatography: non-glycated hemoglobin serta bentuk labil dari HbA1C tidak mengganggu penentuan glycated hemoglobin, tak dipengaruhi suhu. Presisi baik. HbF, HbS, ataupun HbC hanya sedikit mempengaruhi metode ini, tetapi metode ini mengukur keseluruhan glycated hemoglobin, sehingga hasil pengukuran dengan metode ini lebih tinggi dari metode HPLC.

Metode Kolorimetri: waktu inkubasi lama (2 jam), lebih spesifik karena tidak dipengaruhi non-glycosylated ataupun glycosylated labil. Kerugiannya waktu lama, sampel besar, dan satuan pengukuran yang kurang dikenal oleh klinisi, yaitu m mol/L.

Interpertasi Hasil Pemeriksaan HbA1C
HbA1C akan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita diabetes (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari komplikasi.

Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%.4 Jadi, HbA1C penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah adekuat atau belum. Sebaiknya, penentuan HbA1C ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali.

2. Pemeriksaan untuk Memantau Komplikasi Diabetes
Komplikasi spesifik DM: aterosklerosis, nefropati, neuropati, dan retinopati. Pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan untuk memprediksi beberapa dari komplikasi spesifik tersebut, misalnya untuk memprediksi nefropati dan gangguan aterosklerosis.

Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Pemeriksaan untuk memantau komplikasi nefropati: mikroalbuminuria serta heparan sulfat urine (pemeriksaan ini jarang dilakukan). Pemeriksaan lainnya yang rutin adalah pemeriksaan serum ureum dan kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

Mikroalbuminuria: ekskresi albumin di urin sebesar 30-300 mg/24 jam atau sebesar 20-200 mg/menit. Mikroalbuminuria ini dapat berkembang menjadi makroalbuminuria. Sekali makroalbuminuria terjadi maka akan terjadi penurunan yang menetap dari fungsi ginjal. Kontrol DM yang ketat dapat memperbaiki mikroalbuminuria pada beberapa pasien, sehingga perjalanan menuju ke nefropati bisa diperlambat.

Pengukuran mikroalbuminuria secara semikuantitatif dengan menggunakan strip atau tes latex agglutination inhibition, tetapi untuk memonitor pasien tes-tes ini kurang akurat sehingga jarang digunakan. Yang sering adalah cara kuantitatif: metode Radial Immunodiffusion (RID), Radio Immunoassay (RIA), Enzym-linked Immunosorbent assay (ELISA), dan Immunoturbidimetry. Metode kuantitatif memiliki presisi, sensitivitas, dan range yang mirip, serta semuanya menggunakan antibodi terhadap human albumin. Sampel yang digunakan untuk pengukuran ini adalah sampel urine 24 jam.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Mikroalbuminuria
Menurut Schrier et al (1996), ada 3 kategori albuminuria, yaitu albuminuria normal (<20>200 mg/menit). Pemeriksaan albuminuria sebaiknya dilakukan minimal 1 X per tahun pada semua penderita DM usia > 12 tahun.

3. Pemeriksaan untuk Komplikasi Aterosklerosis
Pemeriksaan untuk memantau komplikasi aterosklerosis ini ialah profil lipid, yaitu kolesterol total, low density lipoprotein cholesterol (LDL-C), high density lipoprotein cholesterol (HDL-C), dan trigliserida serum, serta mikroalbuminuria. Pada pemeriksaan profil lipid ini, penderita diminta berpuasa sedikitnya 12 jam (karena jika tidak puasa, trigliserida > 2 jam dan mencapai puncaknya 6 jam setelah makan).

4. Pemeriksaan untuk Komplikasi Lainnya
Pemeriksaan lainnya untuk melihat komplikasi darah dan analisa rutin. Pemeriksaan ini bisa untuk melihat adanya infeksi yang mungkin timbul pada penderita diabetes.

Untuk pemeriksaan laboratorium infeksi, sering dibutuhkan kultur (pembiakan), misalnya kultur darah, kultur urine, atau lainnya. Pemeriksaan lain yang juga seringkali dibutuhkan adalah pemeriksaan kadar insulin puasa dan 2 jam PP untuk melihat apakah ada kelainan insulin darah atau tidak.

Kadang-kadang juga dibutuhkan pemeriksaan lain untuk melihat gejala komplikasi dari diabetes, misalnya adanya gangguan keseimbangan elektrolit dan asidosis/alkalosis metabolik maka perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit dan analisa gas darah.

Pada keadaan ketoasidosis juga dibutuhkan adanya pemeriksaan keton bodies, misalnya aceton/keton di urine, kadar asam laktat darah, kadar beta hidroksi butarat dalam darah, dan lain-lainnya. Selain itu, mungkin untuk penelitian masih dilakukan pemeriksaan biomolekuler, misalnya HLA (Human Lymphocyte Antigen) serta pemeriksaan genetik lain.

Sumber:

Pemeriksaan Laboratorium Penderita Diabetes Mellitus
ANIK WIDIJANTI DAN BERNARD THEODORE RATULANGI
Laboratorium Patologi Klinik RSUD Dr. Saiful Anwar / FK Unibraw, Malang

Gaya Hidup Buruk Picu Diabetes

Sekitar 80 persen prevalensi diabetes melitus merupakan tipe dua. Hal ini menunjukkan gaya hidup atau lifestyle yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya penyakit tersebut. Diabetes merupakan penyebab kematian kedua terbesar di perkotaan. Hal itu terungkap dalam seminar sehari mengenai Diabetes yang diselenggarakan Departemen Kesehatan, Kamis (5/11).

Organisasi Kesehatan Dunia PBB menetapkan tanggal 14 November sebagai Hari Diabetes Sedunia. Tema peringatan tahun ini ialah Pahami Diabetes dan Kendalikan. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.

Diabetes tipe dua umumnya terkait genetis atau keturunan yang juga dipengaruhi dan dipicu faktor risiko seperti pola makan, kurang beraktivitas, merokok, minum beralkohol, obesitas, hipertensi hiperglikemia, hiperkolesterol.

Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama mengungkapkan, buruknya gaya hidup itu tercermin dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6 persen, kurang aktivitas fisik pada penduduk berusia di atas 10 tahun sebesar 48,2 persen, prevalensi merokok setiap hari bagi penduduk di atas 10 tahun sebesar 23,7 persen, dan konsumsi alkohol dalam satu bulan terakhir 4,6 persen.

Hasil riset yang sama menunjukkan, diabetes melitus menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian pada kelompok 45-54 tahun di perkotaan. Sedangkan, di pedesaan, diabetes melitus menduduki peringkat keenam deng an jumlah proporsi kematian sebesar 5,8 persen.

Sumber : KOMPAS.com

Pengaruh Warisan Gen Terhadap Diabetes

Bisakah sebuah gen memberikan berkah kesehatan atau kutukan penyakit? Ternyata hal itu memang sangat mungkin terjadi tergantung dari warisan genetik dari ayah atau ibu.

Tim peneliti dari Islandia yang tergabung dalam Iceland’s Decode Genetics Inc menemukan mutasi gen pada lima penyakit yang hanya berdampak jika diwariskan dari orangtua tertentu.

Sebuah gen baru yang berhubungan dengan diabetes dapat melindungi seseorang dari penyakit itu jika diwarisi dari ibunya, tetapi meningkatkan risiko jika diwarisi dari ayah.

Tiga gen diabetes lainnya juga memberikan efek yang bervariasi meski tidak terlalu tergantung pada asal gen orangtuanya. Peneliti telah melaporkan penemuan ini dalam jurnal Nature.

“Kita bisa membuat penemuan ini karena kita berada dalam posisi unik, untuk bisa membedakan apa yang diwarisi dari ibu dan apa yang diwarisi dari ayahnya,” kata Kari Stefansson, Chief Executive Officer Decode seperti dilansir dari Reuters, Kamis (17/12/2009).

Peneliti menemukan gen yang akan meningkatkan sedikit risiko kanker payudara ketika diwarisi dari ayah tapi tidak berpengaruh atau bahkan bisa melindungi ketika diwarisi dari ibunya.

Sebuah gen kanker kulit yang disebut basal-cell carcinoma yang pertumbuhannya lambat ternyata jauh lebih berbahaya ketika diwarisi dari ayah.

Peneliti juga menemukan variasi gen diabetes tipe 2 (diabetes akibat obesitas atau gaya hidup), yang dinamakan single nucleotide polymorphism (SNP) yang mengalami perubahan dalam kode genetik.

“Dampak dari variasi diabetes tipe-2 tidak hanya besar tetapi juga tidak biasa. Jika seorang individu mewarisi dari ayahnya maka risiko varian diabetes meningkat bisa lebih dari 30 persen. Jika diwariskan dari garis ibu maka varian risiko turun lebih dari 10 persen,” jelasnya.

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji 38.167 orang Islandia, karena mereka memiliki warisan gen yang unik yang telah sedikit berubah sejak Viking tiba di negeri itu lebih dari 1.000 tahun lalu.

Setiap orang memiliki dua salinan dari setiap gen, satu dari ayah dan satu dari ibu. Sebuah proses yang dinamakan imprinting mempengaruhi versi gen yang aktif selama dalam pertumbuhan dan pengembangannya

Standar Terbaru Kriteria Diagnosis Diabetes 2010

Pada awal tahun 2010 ini ADA (American Diabetes Association) mengumumkan standar terbaru kriteria dan monitoring penyakit diabetes.

Berdasarkan Standards of Medical Care in Diabetes 2010, berikut ini adalah ringkasan beberapa kriteria dan monitoring untuk diabetes tersebut sbb:

  • A1C > 6,5 %
  • FPG > 126 mg/dL (7 mmol/L), puasa didefinisikan tidak adanya ambilan kalori sedikitnya selama 8 jam
  • 2 jam glukosa plasma > 200 mg/dL (11,1 mmol/L) selama OGTT dengan asupan glukosa sebanding dengan 75 glukosa anhydrous yang dilarutkan
  • Pasien dengan keluhan klasik hiperglikemia atau krisis hiperglikemia dengan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

Pemeriksaan diabetes pada pasien asimtomatik

  • Pemeriksaan untuk mendeteksi diabetes tipe 2 pada pasien asimtomatik dilakukan pada setiap usia jika berat badan berlebih atau obesitas (BMI > 25 kg/m2) dan dengan satu atau lebih faktor risiko diabetes lainnya. Jika tanpa risiko pemeriksaan dapat dimulai pada usia 45 tahun.
  • Jika pemeriksaan normal, pemeriksaan kembali dilakukan dalam interval 3 tahun.
  • Pemeriksaan deteksi diabetes asimtomatik adalah A1C, FPG atau OGTT 2 jam (75 g).

Deteksi dan Diagnosis Diabetes Gestasional

  • Skrining diabetes gestasional dengan analisa faktor risiko dan OGTT
  • Pasien diabetes gestasional dilakukan skrining diabetes 6-12 minggu pasca kelahiran dan dilakukan pemeriksaan berkelanjutan sebagai skrining diabetes.

Monitoring kadar glukosa

  • Monitoring kadar gula darah secara mandiri/self monitoring of blood glucose (SMBG) harus dilakukan 3 atau beberapa kali sehari pada pasien yang menggunakan injeksi suntikan multipel atau pompa terapi insulin.
  • Pada pasien yang menggunakan insulin dengan masa kerja panjang, terapi non insulin atau terapi nutrisi tunggal, SMBG menjadi alat untuk menilai keberhasilan terapi.
  • Untuk mencapai target glukosa darah postprandial, pemeriksaan SMBG postprandial perlu dilakukan.

AIC

  • Lakukan pemeriksaan A1C sedikitnya 2 x/tahun pada pasien dengan tujuan terapi yang telah dicapai
  • Lakukan pemeriksaan A1C setiap 3 bulan pada pasien yang mengalami perubahan terapi atau tujuan glikemik tidak tercapai
  • Gunakan hasil pemeriksaan A1C untuk menentukan perubahan terapi yang digunakan

Tujuan terapi glikemik pada pasien dewasa

  • Menurunkan kadar A1C di bawah atau sekitar 7 %, kadar tsb telah menurunkan komplikasi mikrovaskuler dan neuropati pada diabetes tipe 1 dan 2, sehingga target A1C pada pasien dewasa nonpregnant untuk mencegah mikrovaskuler adalah <>
  • Pada diabetes tipe 1 dan 2 dalam masa uji klinik yang dilakukan secara acak, kontrol glikemik standar atau intensif tidak secara bermakna menurunkan risiko CVD (cerebrovascular disease), tetapi dalam follow up jangka panjang, mencapai target A1C di bawah atau sekitar 7% segera setelah diagnosis diabetes menurunkan risiko CVD. Hingga didapatkan bukti lebih lanjut, tujuan A1C di bawah 7% menjadi alasan rasional menurunkan risiko komplikasi makrovasular.

Senam Diabetes untuk Kontrol Kadar Gula Darah

Saat ini, penyakit diabetes mellitus (kencing manis) bukan hanya milik kaum lansia. Semua kalangan usia, mulai balita hingga orang dewasa, juga bisa terjangkit salah satu jenis sindrom metabolic tersebut.

Ada tiga terapi pengobatan penyakit kencing manis. Yakni, menjalani pola hidup sehat, rutin senam diabetes, dan minum obat. “Namun, obat bukan terapi utama untuk diabetisi,” kata Andri Sumarni, instruktur senam diabetes dari Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) Unit RSU dr Soetomo. Diabetisi adalah sebutan untuk penderita diabetes mellitus.

Karena itu, diabetisi dianjurkan melakukan senam diabetes secara rutin 3-4 kali seminggu. Rutin senam terbukti bisa mengontrol kadar gula darah tubuh agar tak bertambah tinggi. “Kalau senam, harus rutin tiap hari. Jangan hari ini senam, besok absen,” kata perempuan 53 tahun tersebut. “Hasilnya tak akan terasa bila senamnya tak rajin,” lanjut dia.

Andri menjelaskan, senam diabetes dibuat oleh tim ahli yang terdiri atas tiga dokter, spesialis rehabilitasi medis, penyakit dalam, olahraga kesehatan, serta ahli gizi dan sanggar senam. Gerakan senam itu energik, tapi tak mengentak seperti senam kesegaran jasmani (SKJ). Tapi, senam diabetes juga tidak low impact seperti senam lansia. “Meski gerakannya tidak high impact, senam ini bisa membakar kalori tubuh,” jelasnya.

Variasi gerakan dalam senam diabetes cukup banyak. Senam tersebut bisa mengolah semua organ tubuh manusia, mulai otak hingga ujung kaki. Sebab, dampak penyakit kencing manis menyerang seluruh tubuh. Dampak paling ringan adalah kaki kesemutan. Sedangkan yang terparah adalah menderita stroke.

“Gerakan yang bervariasi membuat otak bekerja untuk bisa menghafalnya. Membiasakan otak bekerja bisa meningkatkan daya ingat dan memperkuat konsentrasi,” papar Andri. “Itu merupakan terapi untuk stroke ringan serta mencegah terjadinya demensia (pikun),” tuturnya.

Karena manfaatnya banyak, senam diabetes tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan diabetisi. Tapi, senam itu juga bisa dilakukan oleh orang yang belum jadi penderita diabetes. Tujuannya, mencegah agar tak terkena penyakit tersebut.

Andri mencontohkan dirinya sendiri. Dia bukan diabetisi, namun pemerhati diabetes. Sebelum mengenal senam diabetes, dia rajin melakukan senam aerobik. “Saya lihat, gerakan senam diabetes sudah menyangkup semua organ tubuh. Makanya, saya tak lagi aerobik,” kata ibu empat anak itu. (ai/tia)

Gerakan Senam

Pemanasan 1
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke atas selurus bahu. Kedua tangan bertautan. Lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.

Pemanasan 2
Berdiri di tempat. Angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu. Kemudian, gerakkan kedua jari tangan seperti hendak meremas. Lalu, buka lebar. Lakukan secara bergantian, namun tangan diangkat ke kanan-kiri tubuh hingga lurus bahu.

Inti 1
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan maju selangkah ke depan. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

Inti 2
Posisi berdiri tegap. Kaki kanan diangkat hingga paha dan betis bentuk sudut 90 derajat. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu. Sedangkan tangan kiri ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus bahu. Tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.

Pendinginan 2
Posisi kaki bentuk huruf V terbalik. Kedua tangan direntangkan ke atas dengan membentuk huruf V.

Pentingnya Olahraga Bagi Penderita Diabetes Melitus

Olahraga secara rutin penting bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Namun bagaimana penjelasan detailnya bagi para penderita diabetes melitus?

Manfaatnya :

  • Menurunkan kadar glukosa darah dan mencegah kegemukan.
    Pada keadaan istirahat, metabolisme otot hanya sedikit membutuhkan glukosa sebagai sumber energi. Tetapi saat berolah raga, glukosa, dan lemak akan merupakan sumber utamanya. Setelah berolahraga selama 10 menit, dibutuhkan glukosa 15 kalinya dibanding pada saat istirahat.
  • Membantu mengatasi terjadinya komplikasi (gangguan lipid darah / pengendapan lemak di dalam darah, peningkatan tekanan darah, hiper koagulasi darah / penggumpalan darah)

Pada penderita diabetes melitus tipe I, karena produksi insulin yang terganggu / tidak ada, maka olah raga tidak begitu besar mempengaruhi kadar gula darah, tetapi keuntungan yang lainnya adalah mengurangi resiko penyakit jantung, gangguan pembuluh darah perifer. Perlu diwaspadai pada yang mengalami defisiensi insulin yang berat, dengan berolah raga akan menyebabkan gangguan metabolik yang lebih berat (terjadi hiperglikemia dan keracunan keton di darah).

Pada penderita diabetes melitus tipe II, latihan jasmani berperan utama dalam pengaturan glukosa darah. Pada penderita diabetes melitus tipe II, produksi insulin tidak terganggu tetapi masih kurangnya respons reseptor pada sel terhadap insulin (resistensi insulin), sehingga insulin tidak dapat membantu transfer glukosa ke dalam sel. Pada saat berolahraga, permeabilitas membrans terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga resistensi insulin berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat. Hal ini menyebabkan kebutuhan insulin berkurang. Respons ini bukan merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama. Respon ini hanya terjadi setiap kali melakukan berolahraga.

Sebelum berolahraga, disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan (medis) dan faal (kebugaran) terlebih dahulu pada dokter untuk mengetahui tingkat kebugarannya dan kondisi metaboliknya.

Berolahraga tidak sembarangan dilakukan. Beberapa perinsip dalam berolahraga :

  • Frekwensi latihan hendaklah dilakukan secara teratur.
  • Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60 – 70 % MHR (maximum Heart Rate). Rumusnya : 220 – umur. Contoh: Jika Anda berusia 50 thn, target heart rate (THR) Anda adalah 60% MHR, maka melakukan olah raga denyut nadinya sebaiknya mencapai 60% X (220 -50 ) = 102 kali / menit.
  • Durasi dalam berolahraga adalah selama 30 hingga 60 menit.
  • Jenis olahraga yang dilakukan hendaklah tidak terlalu berat, seperti jalan, jogging, berenang, bersepeda.

Urutan kegiatan yang dilakukan :

  • Pemanasan (warm – up), lamanya 5 – 10 menit, bertujuan untuk menaikkan suhu tubuh, meningkatkan denyut nadi mendekati intensitas latihan, mengurangi kemungkinan cedera.
  • Latihan inti (Conditioning), lamanya 20 menit, diusahakan denyut nadi mencapai THR (target Heart Rate). Bila dibawah THR maka latihan tersebut tidak bermanfaat. Dan bila berlebih akan menimbulkan resiko yang tidak diinginkan.
  • Pendinginan (cooling down), lamanya 5 – 10 menit, bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat di otot sehingga menimbulkan nyeri di otot, atau pusing sebab darah masih terkumpul di otot yang aktif. Bila jogging, pendinginan sebaiknya tetap jalan. Bila bersepeda sebaiknya tetap mengayun tanpa beban.

Peregangan (stretching), bertujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih teregang, ini penting sekali untuk diabetesi usia lanjut.

11 Tips Berolahraga Bagi Penderita Kencing Manis / Diabetes

Olahraga yang teratur dapat mengendalikan risiko diabetes. Manfaat olahraga bagi penderita diabetes antara lain:

  1. Membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh sehingga meningkatkan kemampuan metabolisme sel dalam menyerap dan menyimpan glukosa.
  2. Meningkatkan sirkulasi darah, terutama pada kaki dan tangan, di mana biasanya penderita diabetes memiliki masalah.
  3. Mengurangi stress yang sering menjadi pemicu kenaikan glukosa darah
  4. Penderita diabetes yang rajin berolah raga dapat melepaskan diri dari ketergantungan pada obat.

Berikut adalah beberapa tips berolah raga bagi penderita diabetes (diabetesi):

  1. Konsultasikan dengan dokter sebelum menjalani program olah raga. Dokter akan merekomendasikan jenis olah raga apa yang boleh Anda lakukan sesuai dengan kondisi Anda. Dokter biasanya akan melarang Anda berolah raga bila:
    • Glukosa darah Anda lebih dari 250 mg/dl.
    • Anda memiliki gejala retinopati (kerusakan pembuluh darah pada mata), neuropati (kerusakan syaraf dan sirkulasi darah pada anggota badan), nefropati (kerusakan ginjal) dan gangguan jantung seperti jantung koroner, infark miokard, arritmia dan lainnya.
  1. Bila tidak ada larangan, mulailah dengan olah raga ringan seperti senam aerobik, berjalan, berenang, dan bersepeda. Olah raga aerobik tersebut bermanfaat memperdalam pernafasan dan meningkatkan kerja jantung. Bagi Anda yang tidak pernah berolahraga, awali dengan 10 – 20 menit setiap kali latihan, beberapa kali seminggu.
  2. Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari bila memiliki masalah di kaki mereka. Sebelum berjalan sehat atau jogging, pastikan kenyamanan dan keamanan sepatu yang dipakai:
    • Selalu gunakan kaus kaki yang nyaman.
    • Periksa apakah ada krikil atau benda lain sebelum mengenakan sepatu.
  3. Hindari lecet atau goresan di kaki.
  4. Bila Anda memiliki masalah di kaki, sebaiknya pilih berenang, senam atau bersepeda yang tidak terlalu membebani kaki.
  5. Jangan mengangkat beban berat karena dapat meningkatkan tekanan darah secara tiba-tiba.
  6. Awali dan akhiri latihan dengan pemanasan dan pendinginan selama 5-10 menit untuk mengurangi risiko jantung dan cedera otot.
  7. Jangan menambah porsi latihan secara drastis. Setiap kali, naikkan hanya satu faktor saja (frekuensi, lama atau intensitas latihan).
  8. Kenakan tanda pengenal diabetes, agar orang tahu bila terjadi sesuatu dengan Anda. Hipoglikemi adalah risiko yang dapat terjadi sewaktu berolah raga. Kenaikan penyerapan glukosa oleh otot dapat menurunkan gula darah ke tingkat yang sangat rendah (hipoglikemi). Gejala hipoglikemi adalah badan gemetar, jantung berdebar, keringat bertambah, rasa lapar, pusing, lesu, bingung, dan perubahan mood yang cepat.
  9. Bila terkena gejala hipoglikemi:
    • Lakukan tes gula darah untuk mengecek.
    • Konsumsi makanan atau minuman manis, misalnya jus atau manisan buah. Hindari makanan yang mengandung lemak karena menghalangi penyerapan glukosa oleh tubuh.
    • Istirahat selama 10 -15 menit dan lakukan pengecekan lagi sebelum melanjutkan latihan. Jangan meneruskan berolah raga bila gula darah di bawah 100 mg/dl.
    • Bila melanjutkan berolah raga, selalu waspada terhadap munculnya kembali gejala hipoglikemi.
    • Setelah selesai berolah raga, makanlah makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti ubi, roti, dan jagung.
  10. Lakukan pengetesan glukosa darah 12 jam setelah latihan yang agak berat untuk mengecek adanya hipoglikemi yang muncul setelah latihan (late onset).
  11. Berolahragalah dengan gembira. Untuk meningkatkan dan mempertahankan motivasi Anda berolahraga, bergabunglah dengan klub-klub olah raga diabetes yang ada di dekat tempat tinggal Anda.

Hamil Sering Mendengkur, Gejala Diabetes Gestational

Jangan anggap remeh kebiasaan mendengkur saat hamil karena itu bisa jadi salah satu gejala Diabetes Gestasional pada kehamilan. Menurut para ahli, hal ini berkaitan dengan kenaikan berat badan yang akan berpengaruh pada sistem metabolik atau kardiovaskular.

“Mendengkur adalah tanda kurangnya aliran udara dan oksigen saat tidur yang bisa menyebabkan sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh juga berkurang. Hal ini akan mengaktifkan sistem saraf simpatetik, sehingga tekanan darah akan naik di malam hari. Kondisi ini juga memicu peradangan dan perubahan metabolik yang akan meningkatkan risiko diabetes,” kata Dr.Francesca Facco dari Northwestern Memorial Hospital, AS.

Penelitian yang dilakukan Facco dan timnya melibatkan 189 wanita hamil yang sehat dan sering mendengkur saat tidur. Kategori sering mendengkur di sini adalah paling sedikit tiga kali dalam seminggu.

Diketahui bahwa wanita hamil yang mendengkur beresiko 14,3 persen mengalami diabetes gestasional, sedangkan yang tidak mendengkur risikonya hanya 3,3 persen.

Selain kebiasaan mendengkur, peneliti juga mengukur faktor lain terjadinya diabetes, antara lain, indeks massa tubuh, usia, ras dan etnik. Namun tetap ditemukan kaitan antara mendengkur dan terjadinya diabetes.

Ibu hamil memang beresiko mengalami diabetes. Bila tidak diatasi, diabetes gestasional bisa berpengaruh pada janin, antara lain risiko bayi lahir besar, gula darah rendah, kegemukan di kemudian hari atau terjadinya sindroma metabolik.

Gejala diabetes pada kehamilan lain yang perlu diwaspadai di antaranya adalah sering kencing, banyak minum, banyak makan, gatal-gatal di kulit, keputihan, sering mengantuk, cepat lelah, berat badan turun drastis, serta kesemutan. Untuk memastikannya, lakukan pemeriksaan gula darah di laboratorium.

Sejarah Kencing Manis – Diabetes

Kencing manis | Pada tahun 1552 sebelum masehi, di Mesir dikenal penyakit yang ditandai dengan sering kencing dan dalam jumlah yang banyak ( yang disebut : Poliurial ), dan penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400 sebelum masehi, penulis India sushratha menamakan penyakit tersebut : penyakit kencing madu ( honey urine disease ).

Akhirnya, Aretaeus pada tahun 200 sebelum masehi adalah orang yang pertama kali memberi nama : Diabetes, berarti “mengalir terus”, dan Mellitus berarti “manis”. Disebut Diabetes, karena selalu minum dan dalam jumlah banyak ( Polidipsia ), yang kemudian “mengalir” terus berupa air seni ( urine ); disebut Mellitus karena air seni penderita ini mengandung gula ( manis ).

Pada dasarnya, Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis disebabkan hormon INSULIN penderita tidak mencukupi, atau tidak dapat bekerja normal, sedangkan hormon insulin tersebut mempunyai peranan utama untuk mengatur kadar glukosa ( = gula ) didalam darah sekitar 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan di bawah 200 mg/dl pada dua jam sesudah makan.

Sejak ditemukan hormon insulin pada tahun 1921 oleh Banting dan Best di Kanada, maka angka kematian dan keguguran ibu-ibu diabetes yang hamil makin berkurang. Akhirnya pada tahun 1954 Franke dan Fuchs mencoba tablet OAD ( Obat Anti Diabetes ) pada manusia, yang akhirnya temuan OAD ini berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaanya.Maksud informasi ini bukanlah untuk membuat takut bagi pembaca terhadap komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita Diabetes Mellitus, melainkan bertujuan agar pembaca :
  1. Mengenal apakah Diabete Mellitus itu.
  2. Mengetahui bahwa Diabetes Millitus adalah penyakit yang tidak berbahaya asal tidak diremehkan.
  3. Terlatih untuk melakukan usaha pencegahan terhadap Diabets Mellitus.
  4. Mengetahui bahwa diit memegang peranan utama dalam pengobatan Diabetes Mellitus.
  5. Dapat melaksanakan diit diabetes yang benar, agar yang terkena Diabetes Mellitus dapat sehat kembali.

APAKAH PENYAKIT DIABETES MELLITUS ITU?

Seperti telah disebut diatas bahwa hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas (kelenjar pankreas terletak di lekukan usus dua belas jari ) sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar gula ( glukosa ) darah antara 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan kadar gula dalam dua jam sesudah makan di bawah 200 mg/dl. Apabila terdapat gangguan kerja insulin, baik kualitas maupun kualitas, maka keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar gula darah cenderung naik.

Seseorang sudah dapat disebut Diabetes Mellitus apabila menderita 2 dari 3 yang tersebut di bawah ini:

  1. Keluhan haus, banyak minum, banyak kencing, penurunan berat badan.
  2. Kadar gula darah lebih dari 120 mg/dl, pada waktu puasa.
  3. Kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl, 2 jam sesudah makan.

Karena kadar gula darah meningkat, maka kelebihan gula ( glukosa ) tersebut akan dikeluarkan melalui air seni dan terjadilah glukosuria ( yaitu adanya glukosa – gula di dalam air seni ); pada orang normal tidak terdapat glukosa di dalam air seninya. Adanya gula di dalam air seni ini dapat diketahui dengan beberapa cara, antara lain :

  1. Air seni penderita tersebut segera didatangi semut karena mengandung gula
  2. Adanya rasa manis di air seni ( Dr. Thomas Willis dari Inggris pernah mencoba menjilatinya )
  3. Timbul rasa gatal di kemaluan pada bekas kencing
  4. Dan yang paling tepat adalah pemeriksaan terhadap adanya glukosa atau gula di dalam air seni, dengan cara : A. Reaksi Fehling ( reaksi rebus )
    B.
    Kertas strip yang disebut BM test
    C.
    Kertas strip lain : Glukotest
    D.
    Kertas strip yang disebut Diastix
    E.
    Reaksi dengan tablet, yaitu dengan Clinitest.Salah satu atau beberapa cara ( a, b, c, d ) tersebut biasanya telah diketahui oleh penderita Diabetes Mellitus.

Sumber : http://groups.google.com/group/MirrorIKS/browse_thread/thread/5479a058f2d72e6c
Arlangga University Press 1988 ( Prof. Dr. dr. H. Askandar Tjokroprawiro )

Apa itu Diabetes Type3, Apakah Hanya Sebuah Mitos?

Para peneliti di Rhode Island Hospital dan Brown Medical School telah menemukan bahwa insulin ternyata tidak hanya diproduksi di pankreas tetapi juga di produksi di otak, dan diduga dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit Alzheimer’s.

“Yang kami temukan adalah bahwa insulin tidak hanya diproduksi di pankreas, tetapi juga di dalam otak. Dan kita menemukan bahwa insulin dan faktor pertumbuhan lainnya yang penting untuk kelangsungan hidup sel-sel otak, memberikan kontribusi pada perkembangan Alzheimer, ” kata penulis senior M. Suzanne de la Monte, seorang neuropathologist di Rhode Island Hospital dan seorang profesor patologi di Brown Medical School.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa, “Ini menimbulkan kemungkinan Diabetes Type 3 .”

Sementara itu para ilmuwan telah menduga adanya hubungan antara diabetes dan penyakit Alzheimer, ini adalah studi pertama untuk memberikan bukti hubungan itu.

Selain itu, ada sebagian peneliti telah menetapkan bahwa penurunan produksi insulin di otak berkontribusi pada degenerasi sel-sel otak dan merupakan gejala awal Alzheimer.

The Journal of Alzheimer’s Disease (http://www.j-alz.com), published by IOS Press.

Gejala Kencing Manis – Diabetes

Gejala kencing manis | Untuk mengetahui atau mendiagnosa seseorang menderita Kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM) tidak terlalu sulit.

Beberapa gejala awal yang biasanya dirasakan oleh penderita DM sbb:

  1. Berat badan turun secara drastis.
  2. Sering kencing (polyuri).
  3. Sering minum (polydipsi), karena haus.
  4. sering makan (polyfagi), karena cepat lapar.
  5. Kaki terasa gatal-gatal, kadang-kadang disertai dengan rasa kesemutan.

Sebaiknya segera periksa gula darah, jangan lupa untuk berpuasa malam. Periksalah gula darah puasa dan gula darah setelah makan 2 jam kemudian.

Nilai rujukan uji gula darah biasanya yang dipakai adalah :

Puasa 2 Jam PP
70 – 110 mg/dl > 140 mg/dl

Apabila hasil uji gula darah anda berada diatas nilai rujukan diatas, semakin kuat diperkirakan anda menderita Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis. Sebaiknya anda segera konsultasi ke dokter.

Tentang Diabetes

Apa yang dimaksud dengan diabetes?

Diabetes biasa dikenal dengan istilah kencing manis(1). Diabetes merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya gangguan pada kerja hormon insulin, yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme glukosa dalam darah. Pada penderita diabetes, gangguan tersebut menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan dikenal dengan istilah “hyperglycemia”. Hyperglycemia menyebabkan keberadaan glukosa pada urine penderita diabetes. Hal inilah yang menyebabkan diabetes sering disebut juga dengan penyakit “kencing manis”. Gejala awal diabetes antara lain adalah sering merasa haus dan lapar, sering kencing, penurunan berat badan secara tiba-tiba, dan mudah merasa lelah(1)(2).

Tipe-Tipe Diabetes

  1. Diabetes Tipe I.
    Merupakan jenis diabetes yang biasanya terdiagnosa pada anak-anak atau usia muda, dan sering disebut dengan juvenile diabetes. Dari keseluruhan populasi diabetes, hanya sekitar 5-10 % yang menderita diabetes jenis ini. Diabetes jenis ini biasanya terjadi sebagai respons dari penghancuran sistem autoimunitas (autoimmune destruction) dari sebuah sel yang dikenal dengan nama β-cells. Proses ini menyebabkan pancreas tidak mampu untuk menghasilkan hormon insulin. Kelompok penderita diabetes jenis ini sering disebut sebagai Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) karena sangat tergantung pada terapi hormon insulin(2)(3).
  2. Diabetes Tipe II.
    Merupakan jenis diabetes yang terjadi pada sekitar 90-95% populasi diabetes. Biasanya diabetes tipe II mulai terdeteksi pada usia sekitar 30 tahun. Peningkatan kadar gula darah pada diabetes tipe ini terjadi karena faktor gaya hidup, seperti pola makan, berat badan yang overweight, dan juga jarang melakukan olahraga. Pada empat puluh tahun terakhir, berat badan diduga menjadi faktor yang sangat kuat untuk meningkatkan resiko penyakit ini. Penderita diabetes tipe ini masih dapat menghasilkan insulin, namun dalam jumlah yang sedikit, sehingga sering disebut juga sebagai Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)(2)(3).
  3. Gestasional Diabetes
    Diabetes tipe ini terjadi pada wanita hamil yang tidak pernah menderita diabetes, tetapi memiliki kadar gula darah yang tinggi (kadar gula darah puasa > 126 mg/dL) . Biasanya diabetes tipe ini terdeteksi pada minggu ke 24-28 kehamilan. Jenis diabetes tipe ini akan memengaruhi pertumbuhan bayi pada akhir masa kehamilan. Kadar gula darah yang tinggi akan diteruskan ke janin melalui plasenta. Hal ini menyebabkan terjadainya peningkatan kadar gula dalam darah sehingga bayi akan mengalami peningkatan kerja insulin. Setelah lahir bayi tersebut akan memiliki kecenderungan untuk menderita obesitas dan memiliki berat badan yang lebih berat. Gejala lain yang umumnya tampak pada bayi yang ibunya menderita diabetes tipe ini adalah kesulitan bernafas dan juga shoulder damage pada saat bayi tersebut dilahirkan. Karena berat badan bayi meningkat, maka kemungkinan besar di kemudian hari prevalensi bayi tersebut terkena diabetes akan juga semakin tinggi(3)(4).

Faktor-Faktor Penyebab Diabetes(3):

  1. Keturunan, orang yang memiliki history keluarga yang pernah mengalami diabetes memiliki resiko terkena diabetes yang lebih tinggi.
  2. Usia, semakin dewasa seseorang maka resikonya terkena diabetes akan semakin tinggi.
  3. Jenis kelamin, prevalensi wanita terkena diabetes lebih tinggi dibandingkan prevalensi pada pria.
  4. Obesitas, semakin besar kelebihan berat badan maka prevalensi terganggunya kerja insulin akan semakin besar, karena kelebihan lemak dapat menyebabkan gangguan pada kerja hormon insulin.
  5. Aktivitas fisik, semakin jarang kita melakukan aktivitas fisik maka gula yang dikonsumsi juga akan semakin lama terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan kadar gula dalam darah juga akan semakin tinggi.
  6. Pola makan, pola makanan berlemak dan karbohidrat yang berlebihan akan meningkatkan resiko terkena diabetes.
  7. Stress, merupakan salah satu faktor pemicu meningkatnya resiko diabetes.

Pola Makan Diabetesi

Penderita diabetes pada umumnya tidak perlu mengonsumsi jenis makanan tertentu. Hal yang penting dalam pola diet diabetes adalah membatasi jumlah dan memperhatikan jadwal makan. Dengan kata lain, goal yang ingin dicapai adalah mengonsumsi makanan yang memiliki kandungan lemak dan kalori yang rendah, serta lebih banyak mengonsumsi sayur, dan buah(5) American Diabetes Association, menyarakan konsumsi 50- 60 % kalori dari karbohidrat, 12-20 % dari protein dan tidak lebih dari 30 % kalori berasal dari lemak(6).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pola makan diabetes:

  1. Memilih karbohidrat dengan glikemiks indeks yang lebih rendah. Karbohidrat dengan glikemiks indeks yang rendah akan menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah yang lebih perlahan sehingga tidak menyebabkan mudah menjadi lapar. Contoh makanan yang memiliki glikemiks indeks yang rendah adalah pasta dan oatmeal(7).
  2. Menghidari konsumsi lemak berlebihan.
    Penderita diabetes memiliki resiko dua kali lebih tinggi menderita penyakit jantung dan juga mengalami peningkatan kolesterol. Oleh karena itu penderita diabetes disarankan untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dan kolesterol. Dan disarankan untuk banyak mengonsumsi minyak nabati seperti olive oil. Sementara gajih, jeroan, dan kuning telur merupakan makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita diabetes(6).
  3. Mengonsumsi Fiber.
    Fiber merupakan nutrisi yang dapat membantu untuk mengendalikan kadar gula di dalam darah. Oleh karena itu penderita diabetes juga disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan fiber yang tinggi seperti oat dan sayuran(7).
  4. Mengurangi konsumsi Gula dan Garam
    Agar kadar gula dalam darah tidak cepat naik, penderita diabetes disarankan untuk bisa mengendalikan konsumsi gula. Konsumsi gula dalam jumlah yang tinggi akan menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah akan semakin cepat, sehingga penderita diabetes akan lebih cepat merasa lapar. Sementara itu diet rendah garam pada diabetes perlu dilakukan agar dapat membantu mengurangi resiko hipertensi pada penderita diabetes(7).
  5. Mengonsumsi air sebanyak minimal 32 ounces (5-6 gelas ) dalam sehari. Air dapat berfungsi untuk menjaga jumlah cairan dalam tubuh, sehingga dapat juga mencegah konsumsi makanan yang berlebihan jika pada saat yang bersamaan rasa lapar dan haus muncul(7).

Komplikasi Diabetes(8).

  1. Komplikasi pada mata.
    Penderita diabetes memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan pada indra penglihatan. Beberapa gangguan yang mungkin muncul anatara lain adalah glaucoma dan katarak, yang mempengaruhi kejelasan saat melihat. Gangguan lain yang dapat terjadi adalah pada retina. Pada beberapa kasus, gangguan tersebut akan terakumulasi dan dapat menyebabkan kebutaan.
  2. Komplikasi pada kaki dan kulit
    Penderita diabetes pada umumnya akan mengalami kekeringan pada bagian kulit kaki dan bagian permukaan tubuh yang lain. Selain itu jika terjadi luka maka akan terbentu bekas berwarna merah gelap yang sulit untuk hilang.
  3. Hipertensi
    Prevalensi Hipertensi akan semakin meningkat pada penderita diabetes. Peningkatan kadar gula dalam darah akan menyebabkan resiko peningkatan tekanan darah.
  4. Heart Dissease & Stroke
    Saat terkena diabetes prevalensi penyakit jantung akan semakin meningkat. Konsumsi lemak yang berlebihan diduga menjadi penyebab utama yang akan menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan pada akhirnya juga akan meningkatkan resiko untuk terkena stroke. Faktanya, 2 dari 3 penderita diabetes mengalami stroke.

Hal-Hal yang perlu dilakukan pada saat terkena Diabetes(2):

  1. Memperhatikan porsi makan, jumlah karbohidrat yang tidak berlebihan (sekitar 50-60 % dari total kalori). Mengurangi konsumsi lemak jenuh, seperti gajih, jeroan, dan memilih lemak nabati seperti olive oil.
  2. Banyak mengonsumsi makanan berserat yang dapat membantu mengendalikan peningkatan kadar gula dalam darah.
  3. Meningkatkan aktivitas & rutinitas berolahraga sesuai dengan saran dari dokter.
  4. Menghindarkan diri dari stress, karena stress juga dapat memicu peningkatan komplikasi yang muncul akibat diabetes.

REFERENCES

  1. WHO. 2008. What Is Diabetes. http://www.who.int/diabetes/en/
  2. American Diabetes Association. 2009. Diabetes Basics. http://www.diabetes.org/diabetes-basics/
  3. American Diabetes Association. 2004. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes care 27(S1):5-10.
  4. American Diabetes Association. 2009. Gestational Diabetes. http://www.diabetes.org/gestasional-diabetes/
  5. Brand-Miller, J., Foster-Powell, K. and Colagiuiri, S. 2002. The New Glucose Revolution: The Glycemic Index Solution for Optimum Health. Griffin Press: Adelaide.
  6. Mayo Clinic Foundation. 2008. Diabetes Diet: Create your healthy-eating plan http://www.mayoclinic.com/health/ diabetes-diet/DA00027
  7. Chace, D. and M. Keane. 1999. What to Eat if You Have Diabetes. Contemporary Books Chicago.
  8. American Diabetes Association. 2009. Complications. http://www.diabetes.org/complications/